TIDAK BISAKAH KAU TENANG

TIDAK BISAKAH KAU TENANG?

Ini masih berurusan dengan tetangga tepat sebelah rumah. Kali ini urusan makin ruwet. Si bunda menuduhku mempengaruhi pembantunya untuk pulang kampung dengan tujuan mengambilnya sebagai pembantu selepas keluar dari rumah tangganya. Tuduhan itu tidak langsung disampaikan kepada saya. Beliau (entah sengaja entah tidak; lagi-lagi) menyampaikannya melalui tukang sayur. Dasar tukang sayur tak berpendidikan ya langsung saja menyerang saya dengan tuduhan murahan itu.

Saya cuma berkata,”Mpok Salma, kalau saya mau pembantu saya nggak akan mengambil Mbak Asih karena dia malas dan kerjanya tidak rapi.” Sudah itu saja, titik. Setelah itu saya memilih tomat yang ranum-ranum lalu membayarnya dan pergi.

Tetangga nomor tiga sempat menyamperi saya dan berkata,”Mbak Rike, klarifikasi saja. Tolong jelaskan sebenarnya bagaimana.”

“Dik Nuning, saya tidak akan menjelaskan apa-apa karena ini sudah kedua kalinya beliau menyakiti saya dengan tuduhan tidak beralasan.”

Saya sekarang tahu bahwa mereka memang orang-orang yang tidak tenang. Seandainya mereka tenang pasti mereka tidak akan mempertanyakan kenapa saya sekian lama menyendiri dan hidup hanya dengan seekor kucing kampung yang biayanya melebihi biaya kucing ras peliharaan teman mereka.

Yang kupikirkan sekarang adalah bagaimana aku tetap tenang walau orang sekitarku tidak merasa tenang dengan keberadaanku. Apa salahku? Mengganggumu aku tidak. Bahkan sekarang berinteraksi denganmu aku kurangi. Apa lagi yang kau inginkan dari hidupku? Ketidaktenanganku? No way! You’ll never geit it!!!

Kau tidak akan bisa mengusikku sampai kapanpun.

Tangerang, 28 Maret 2011 – 9:35 malam

19 thoughts on “TIDAK BISAKAH KAU TENANG

Leave a comment