KEMATIAN

KEMATIAN

(kewajaran yang perlu persiapan)

Anak teman kantor saya – berusia belum genap 2 bulan – meninggal karena sakit. Informasi akurat tentang sakit apa si kecil ini tidak kami ketahui; si ibu mengabarkan kepada saya awalnya dia sakit batuk pilek hingga dinebulasi lalu didiagnosis paru-paru tapi terakhir dia bilang kelainan jantung. Saya mendoakan si kecil melanjutkan perjalanan dalam cahaya dalam keadaan diikhlashkan.

Doa saya untuk yang meninggal tak pernah berubah dari dulu hingga sekarang: semoga perjalanannya disertai kerlip cahaya. Indahnya… Silakan mengartikan sendiri. Toh saya juga hanya asal mengucap apa yang ingin terucap sebagai doa. Daripada kumengatakan “bersatu dengan Rabb-nya” padahal nggak mudeng apa artinya kata-kata itu. Menurut pemahaman saya kalau meninggal itu kan terbang bersama malaikat nah malaikat itu kan materinya cahaya. Udah titik.

Mati adalah kewajaran yang tak disukai. Siapapun akan menghindari mati kecuali orang-orang putus asa. Orang bunuh diri putus asaterhadap keadaan yang tidak kunjung membaik. Bahkan saya beranggapan para martyr (orang yang mati karena berkorban demi ideologi yang diyakini, Bahasa Inggris) adalah orang-orang yang telah tak punya harapan terhadap hidupnya di bumi ini.

Orang-orang yang mati karena usia uzur dianggap “ya, memang sudah sepantasnya yang tua meninggalkan kita”. Jadi orang tua yang emninggal – walau tetap diratapi – tidak terlalu menjadikan yang ditinggalkannya menjadi sangat berduka kecuali jika sepeninggal si mati masalah jadi bertambah banyak. Masalah warisan baik berupa harta yang banyak dijadikan rebutan atau tidak adanya harta yang bikin keluarganya sengsara sepeninggalnya.

Lain lagi kalau Anda mati muda. Kematian Anda akan dianggap sesuatu yang mengagetkan dan memilukan. Jika Anda mati dalam keadaan meninggalkan nama baik maka Anda akan disubyo-subyo (diangkat-angkat namanya, Bahasa Jawa) oleh sebagian orang yang menganggap amalan Anda adalah kebaikan dan bermanfaat. Kalau si mati meninggalkan anak istri yang masih butuh nafkahnya maka akan masih ada tangan-tangan beruluran membantu. Namun jangan tanya kalau Anda hanya sekedar pecundang dalam hidup Anda maka tak banyak yang mengenang Anda kecuali keluarga dan sebagian kecil teman yang pernah Anda bikin tertawa. Dan kalau si buruk mati meninggalkan seonggok tanggungan maka hanya orang-orang yang luar biasa saja yang punya kekuatan untuk sudi menolongnya.

Bagaimana kalau yang meninggal adalah seorang anak kecil atau katakanlah bayi seperti anak teman saya? Maka tak bisa dipungkiri duka-cita itu akan semakin dalam. Si bayi yang digadhang-gadhang (diharapkan, Bahasa Jawa) menjadi seorang mulia yang berguna bagi nusa dan bangsa dan membanggakan orang tua dan keluarga ternyata tak berusia panjang. Akan lebih banyak yang menyayangkan kematian itu; menyesali pendeknya umur dan mengasihani yang ditinggalkannya. Si anak itu seharunya punya kesempatan untuk dididik menjadi orang yang lebih baik daripada orang tuanya atau saudara-saudara atau teman-temannya. Andaikan hidup maka anak itu bisa saja menjadi anak yang mencerahkan dunia dengan kesegaran dan keceriaannya. Seandainya dia tak mati maka hati orangtuanya tak hancur karena waktu tunggu kehadiran anak itu juga telah cukup lama. Alangkah sedihnya…

Tapi kematian tak memilih selalu berdasarkan usia kita. Kematian bagai arisan yang kalau dikocok bisa saja mengalahkan kekuatan ilmu tak kasat mata sekalipun. Kematian adalah seperti ruangan gelap ditutup oleh berlapis tingkap (jendela) yang jika dibuka masih harus dibuka lagi pintu misteri. Kematian adalah ketidakpastian yang pasti datang yang oleh karenanya saya tak berani menyebutnya kepastian atau ketidakpastian. Kematian adalah enigma. Kematian adalah yang datang dan tak pernah pergi hingga membawaku bersamanya nanti.

Semoga kematian itu datang ketika aku telah jatuh cinta padanya walau aku tak mengenalnya…

Penang – 16 Maret 2012 – 7:08 waktu Malaysia

Gambar dipinjam dari http://serenadevi.wordpress.com/2012/01/21/dance-of-cherry-blossoms/

Dan http://www.eso.org/public/news/eso1049/

20 thoughts on “KEMATIAN

Leave a comment