TULISAN SAYA DAN PEMAHAMAN SAYA

TULISAN SAYA DAN PEMAHAMAN SAYA

Saya menyukai membaca sejak saya masih bernapas dengan insang. Kata ibu saya, dia sangat gemar membaca ketika sedang mengandung saya. Saya tidak bisa berpisah dengan bacaan. Saya penyuka buku yang keranjingan. Tapi saya bukan pula pembaca cerdas yang seketika itu memahami bacaan saya kemudian memilah-pilah dan kemudian mengamalkan ilmu yang saya dapatkan dari membaca tersebut. Saya juga tak terlalu tertarik menghapal nama-nama ilmuwan yang bisa saja namanya saya jadikan “hiasan” tuangan ide-ide saya. Saya masih rote reader – membaca hanya sekedar membaca.

Ada sebuah episod masa es de saya yang masih sangat membekas dan menempati sebuah bilik istimewa di jiwa saya. Ketika saya kelas enam es de, saya (dan satu kakak perempuan saya) dititipkan kepada Budhe karena orang tua saya sedang sibuk mengurusi kepindahannya ke kota lain. Saya harus rela berjauhan dengan mereka. Saya yang masih kecil ini harus menahan rindu pada ibu, bapak dan saudara-saudara yang lain. Saya terpaksa mencari pengalih rasa rindu saya berupa aktivitas yang menyenangkan.

Sepulang sekolah saya punya kegemaran yang sangat dikenal oleh tetangga dan teman-teman. Mendengarkan kethoprak di radio dan sembunyi di gudang membaca majalah berbahasa Jawa, Jayabaya. Mendengarkan radio – terutama kethoprak dan sandiwara radio – adalaha hal yang lazim dilakukan masyarakt desa kami. Biasnaya kami saling bertukar pikiran tentang cerita yang telah kami denganr lalu membuat prediksi-presiksi tentang apa yang akan terjadi selanjutnya atau malah mengkritisi perbedaan cerita di radio dengan cerita yang pernah kami denganr dari budaya cerita rakyat yang kami dengar tiap padhang mbulan (bulan purnama, Bahasa Jawa). Fyi, di kampung saya dulu saat saya masih kecil masih ada budaya mbeber kloso (menghampar tikar, Bahasa Jawa) di pelataran rumah setiap malam bulan purnama sebagai wadah orang tua menceritakan cerita rakyat atau kisah moyang keluarga pada anak-anak kecil diselingi dengan indoktrinasi kudu begini kudu begitu, nanti kuwalat kalau tidak menurut; tidak hanya anak keluarga yangboleh hadir, everybody is invited – the more, the merrier. Satu lagi kegemaran rahasia saya: menulis diary, cerita pendek dan ulasan tentang orang di sekitar saya.

Jika saya hubungkan buku-buku yang saya baca dengan kegemaran masa kecil saya, kok rasa-rasanya tak jauh beda. Saya sangat tertarik pada kisah-kisah yang mengandung kemandirian atau sosial budaya. Saya kurang begitu suka pada kisah yang berbau ilmiah murni dan teoritik. Saya juga lebih suka menuliskan sesuatu yang berhubungan dengan kejadian hari per hari serta sosbud daripada menulis sesuatu yang berlandaskan ilmu murni. Tak heran ketika saya menulis skripsi, saya sempat ditegur oleh seorang dosen. Menurut beliau skripsi saya miskin ilmu. Skripsi saya kering landasan. Skripsi saya hanya bualan tanpa kerangka berpikir yang ditawarkan oleh para theorists yang telah dikenal di bidangnya. Dosen tersebut bahkan sempat mengatakan bahwa skripsi saya bisa dibilang sekedar bullshit karena hanya merupakan hamparan kicauan burung Rike yang belum dikenal oleh orang. Dia juga bilang skripsi saya tak akan laku kalau dijual. Lebih baik dibuang ke tempat sampah. Untung saya menyadari kebodohan saya, sehingga pada saat itu saya hanya bilang “Masak segitu jeleknya tulsian saya ini, Bu? Teori sastra saya udah cukup kuat dan saya ambil beberapa teori sosial dan psikologi untuk menguatkannya. Gak laku gak papa lah, Bu yang penting saya lulus kuliah tepat waktu trus saya mau kerja. Nggak pengen jadi ilmuwan tulen. Gak ada otak.” Si Bu Dosen tertawa riang menyambut kelakar saya.

Kembali lagi pada bacaan dan tulisan saya. Saya bukan orang yang membaca dan kemudian segera memahami apalagi menghapal apa yang telah saya baca. Saya hanya mampu menyerap apa yang bisa masuk kedalam pori-pori pemahaman saya yang ternyata tak cukup peka sebagaimana seharusnya spons menyedot air. Saya hanya mampu mengolah dan mencocok-cocokkan apa yang saya pahami dengan apa yang saya temui.

Menuliskan sesuatu tanpa teori menjadi sebuah kegemaran buat saya. Saya tidak mau memaksakan diri saya untuk selalu memulai pernyataan saya dengan “Berdasarkan si anu…”. Saya ingin menulis secara orisinil. Saya ingin menuliskan sesuatu dengan cara saya. Saya memang mengenal teori-teori tapi saya tak pernah merasa bahwa saya harus menisbatkan ide-ide saya kepada penemu teori tersebut. Tapi saya juga tak akan mengatakan bahwa saya mengetahui ini secara otodidak karena nyatanya saya pernah membaca apa yang mereka tuliskan. Saya hanya berusaha “menemukan teori itu” dalam mikrokosmos saya.

Ah, dunia ini memang luas. Tiap kavling di-klaim menjadi milik seseorang. Tak beda juga dengan ilmu pengetahuan, luas dan dalam dan tak sedikit kavling-kavlingnya di-klaim sebagai milik si anu atau si anu. Saya tak peduli. Saya adalah penduduk semesta yang – walaupun tak punya lisensi – berhak mengklaim sebagai pengembara yang bisa saja menemukan permata dan menyimpannya dalam saku baju saya tanpa mengatakan pada siapapun bahwa saya memiliknya.

Dedicated to: all readers especially someone loving to read my writings.

September 20, 2008

8 thoughts on “TULISAN SAYA DAN PEMAHAMAN SAYA

  1. rikejokanan said: ya ampyuuun… padahal asyik tuh buat nge-track bacaan kita. tapi jujur, aku nih males kalau disuruh bikin review buku, Gripz. kamu rajin bener tuh bikin review.

    suka baca, klo ada buku bagus aja baru aku review…

    Like

Leave a comment