INDIAN YANG MENERAWANG JAUH ITU

Di salah satu pencarian ke dalamku aku melihat seorang Indian berdiri di tanduk bukit dan menerawang jauh ke Padang rumput yang meluas dihuni oleh bison-bison yang tenang dan damai. Tidak bisa kuras akan apa yang sedang dia pikirkan, hanya menerawang jauh seperti mungkin…. Meragukan kelangsungan hidup dan kelangsungan bangsanya yang makin terdesak oleh sekelompok kulit pucat yang dengan tanpa belas-kasih merebut sepetak demi sepetak tanah ulayat yang mereka rawan dengan cinta dan kedamaian.

Apakah gerangan yang dapat dia lakukan sebagai anak muda yang telah dihina harga dirinya oleh penjajah berkedok modernisasi?

Apakah harus diam melihat bison makin terpojok dan akhirnya tinggal jadi pajangan di museum masa depan? Dan membiarkan serigala melolong lalu hilang dalam gelap lalu mati kehilangan semangat berkelana dan berburunya? Rajawali kehilangan rentang sayapnya dihajar asap kereta api? Cerpelai merana, kuda-kuda meringkik galau dan alam menangis…

Angin membelai rambut sang Indian muda. Matanya dirimbang air mata, sebentar lagi terjatuh membasahi pipi dan dagunya mengaliri leher jenjang dan mengering lagi diserap Jiwa Manitou yang Agung.

Telinganya menangkap kembali sebuah bisikan seorang dara yang baru kemarin memberinya senyuman. Bahwa perjuangan ini tak mungkin tanpa akhir. Mimpi ini harus diwujudkan. Semua kebimbangan harus diakhiri. Tiada yang boleh menghentikan lari jaman tapi tak ada yang mampu menggeser keteguhan jiwa….

Harus ada yang diterima sebagai tamu masa namun Jiwa Renta tetap harus jadi tuan rumahnya.

Singapore – Juni 9, 2013
11:57pm

20130610-000628.jpg