
LAYANG-LAYANG
Layang-layang putus benang
Mengembara mengawal angin.
Angin ke barat aku mbandhang ke barat.
Angin ke timur kulepas ke timur.
Jika angin utara bertiup,
Kencang keterbang ke selatan;
Jika angin dari selatan datang,
Mengembara ku ke utara…
Penerbang layang-layang tak kuasa menggapai
Layang-layang yang melambung dibawa sang bayu.
Hujan segera tiba,
Apakah layang-layang akan menjadi bubur?
Penerbang layang-layang gundah-gulana
Diterpa badai kebingungan kalah lomba-
Lomba main layangan tanpa putus benang…
Layangan tak kuasa berhenti
Meluncur terus ke arah padang hijau
Yang berbatas hutan hijau nan gelap
Kanopi itu pasti banyak monyetnya
Apakah mereka akan merobeki tubuhnya?
Jika ya, tamatlah riwayat layangan bernama
Aku…
Kugesekkan badan pada deburan angin
Supaya tertahan perjalananku
Lalu segera jatuh ke bumi
Dan ditemukan anak-anak yang polos
Yang bersorak-sorai mengharapkan kejatuhanku
Mereka gembira
Karena aku goncang dan oleng
Tak lalgi ngebut menghantam rimba…
Tapi aku masih belum dalam jangkauan tangan-tangan mungil itu
Aku merendah
Merendah
Makin merendah
Hap!
Tangan kecil, lembut dan dingin
Menangkapku
Melindungiku
Dari rebutan teman-temannya
Yang menyeringai seperti buta
Lalu dibawanya aku pulang
Ke rumah
Tempatnya menyimpan benang…
Tangerang – 1 Oktober 2011 – 8:00 malam