

MEMBANGUN BERARTI MENGHANCURKAN
(ironi kehidupan terkasar yang pernah saya maknai)
Tak jarang pembangunan membikin orang miris karena ternyata ada bagian dari masa lalu yang harus dikorbankan oleh pembangun(an). Filosofi ini agak ironis (boleh juga dibilang ngawur) tapi perlu dipahami bahwa petak hidup ini kadang hanya bisa subur dengan eksistensi rantai ironi (dan galengan* ngawurisme).
“Membangun berarti menghancurkan” adalah ironi terkasar yang pernah saya pahami dan maknai sampai saat ini. Pembangunan yang saya maksud bukan hanya berkaitan dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh para penggede yang kerjaannya ngurusin** rakyat. Yang saya maksud adalah segala pembangunan dan segala pembangun. Nah, sebutkan Sudara, pembangunan mana yang tidak pakai menghancurkan?
Jika Anda ingin membangun rumah, Anda terlebih dulu harus menghancurkan lapisan-lapisan tanah untuk keperluan pondasi atau Anda hanya sekedar menghancurkan bagian tertentu rumah atau bangunan lama. Tanpa itu, Anda tidak mungkin membangun kecuali Anda membangun rumah diatas genteng tanpa menghancurkan apapun. Mustahil karena perangkat pembangunan pun didapat dari hasil merusak; katakan lah batu bata dibuat dengan cara mengeruk permukaan tanah yang seharusnya bisa ditanemin kacang-kacangan.
Jika Anda ingin membangun sistem baru maka Anda mesti merombak (baca: menghancurkan) sistem lama dengan atau tanpa menghilangkan segelintir patahan sistem tersebut. Ganti orang kadang tidak perlu asal mereka masih bisa diberdayakan sebagai mur dan baut dalam mesin yang anyar (menurut para ahli lho).
Jika Anda ingin membangun jalan baru maka harus ada pengrusakan hutan, pemangkasan bukit, penggusuran warung atau pagar atau bahkan teras dan ruang tamu orang yang bahkan selama hidupnya mungkin belum pernah mengganggu kenyamanan manusia lain termasuk keluarga Anda.
Maka, wahai Pembangun, yang merajai kemuliaan fisik atau non fisik. Jangan pernah bilang bahwa pembangunan adalah untuk kebaikan semua orang. Mau tak mau, suka tak suka, ikhlas tak ikhlas, dalam jangka waktu pendek atau dalam kurun waktu lama atau bahkan selamanya akan ada orang lain yang Anda rugikan… karena pada sudut pandang mereka pembangunan yang Anda lakukan adalah perancangan sistem yang ideal hanya menurut sirkulasi daya pikirmu. Anda tak akan bisa memperbaiki sistem yang telah ada kecuali hanya secuil. Yang Anda bangun adalah peradaban sebagai pelarian dari sistem lama yang pernah membuat Anda tak puas.
Sekeras apapun kau berusaha membuat pihak-pihak tersebut mengerti tentang penting dan mendesaknya pembangunan tersebut mungkin tak akan berhasil sebab mereka tak mendapatkan dampak yang Anda iming-imingkan. Jika Anda tak bisa menjamin apa yang Anda ucapkan, cukuplah berikrar dan mencaci dalam hati saja. Biarkan saja korban Anda usang dimakan keserakahanmu.
Namun ingat dia akan berjuang melawan “kemungkaranmu” dan mengutuk Anda atau suatu saat menjadikan Anda korban dibangunnya sistem selanjutnya.
Tahukah Anda bahwa hikmah yang terpetik oleh pihak tersebut adalah: tersulutnya api juang demi membuktikan bahwa sistem Anda rapuh dan bobrok – tak patut berjaya. Dia akan mencabut akar-akar sistem Anda jauh lebih bersih daripada bersihnya Anda mencukur gundul perasaan optimis mereka – niscaya akar Anda hilang tanpa sisa dan didirikannya peradaban baru yang lebih sehat bebas dari cengkeraman pondasimu yang busuk dan membatu.
Pembangunan harus dimulai dengan penghancuran. Dimana posisi saya dan Anda? Tergantung seberapa perlu kita menjadi pembangun dan seberapa merugi kita sebagai korbannya.
Semoga bermanfaat dan membuat kita semua lebih bijak.
* galengan: pematang sawah (Bahasa Jaw
a)
** ngurusin: bisa berarti mengurusi atau bikin kurus (Bahasa Indonesia)
November 1, 2008 – 5:25pm (Blue03)