SERBA-SERBI UBAN

SERBA-SERBI UBAN

Berapa lembar uban Anda?

Percaya atau tidak, pada usia belum mencapai 30 tahun saya sudah beruban. Malahan seingat saya uban saya sudah unjuk gigi sejak saya SMA kelas tiga. Saya tidak tahu apa sejatinya yang mengundang keberadaan uban saya ini. Apakah memang saya punya potensi untuk kelihatan cepat tua daripada orang lain? Apakah pigmen saya sudah mulai menyurut cara kerjanya? Ataukah memang ini faktor keturunan. Saya tidak tahu, yang saya tahu ubah saya dari dulu jumlahnya tetap tidak berkurang (karena tidak saya cabut) dan tidak bertambah. Dari dulu hingga sekarang jumlahnya 9.

Tak tahu. Saya punya beberapa teman yang koleksi ubannya sangat spektakuler.

Teman saya ada yang beruban sejak usia SMA dan jumlahnya lebih dari duapuluh lembar.

Ada lagi yang beruban secara tiba-tiba.

β€œAneh deh. Padahal kemarinnya nggak ada. Tiba-tiba tadi pagi udah ada dua. Darimana datengnya ya?”

Ada lagi yang beruban di tempat yang simetris. Uban beliau muncul di kiri dan kanan bagian depan kepala. Kalau Anda ingat Koes Hendratmo tahun 90an maka Anda bisa membayangkan beliau. Bedanya kalau Koes Hendratmo laki-laki, beliau ini perempuan.

Ada lagi teman saya yang ubannya hanya muncul seminggu saja dan hanya pangkalnya karena setelah itu rambutnya mendadak hitam legam kembali alias disemir.

Ada lagi teman saya yang ubannya membuatnya tersiksa lantaran gatalnya minta ampun. Jadi, tempat uban tumbuh menjadi lecet dan atau berketombe karena saking seringnya digaruk kuku.

Teman saya yang lain sangat bangga karena ubannya tidak kelihatan dari manapun karena tempatnya sangat tersembunyi dan ubannya pendek-pendek, tak lebih dari dua senti katanya. Tetap saja kami tahu karena beliau menunjukkan pada kami dimana tempatnya. Dibelakang telinga.

Seorang teman yang lain ubannya tidak ada yang putih sempurna. Selalu ada campuran warna hitam atau coklat.

Yang lainnya lagi mengeluh karena ubannya tidak berkumpul di satu tempat dengan kata lain ubannya menyebar sehingga beliau agak kesulitan pada saat mengecat rambutnya. Beliau harus mengecat seluruh rambut padahal kegiatan mengecat rambut adalah yang paling beliau benci. Fyi, beliau alergi pada semua jenis cat rambut.

Teman saya yang lain lagi dikerjain uban; uban yang pertama tidak muncul di kepala melainkan di kumis dan alis sehingga kelihatan aneh dan tidak kompak dengan warna rambut kepala.

Ada lagi yang ubannya sudah merata sehingga kami menyebutnya beruban hitam.

Saya sedang berpikir mengapa harus ada uban? Apakah supaya pemiliknya sadar bahwa usianya semakin berkurang? Aduh mak, saya telah beruban sejak SMA jadi apakah umur saya sudah di-warning sejak lama oleh-Nya? Adakah teman Anda punya sesuatu yang unik tentang uban mereka?

4 thoughts on “SERBA-SERBI UBAN

Leave a comment