MERASA BERUNTUNG
Tak ubahnya angin malam, aku menghembuskan hawa pada kegelapan yang menggeletar menanti fajar. Tapi ada kalanya angin malam mengilukan tulang belulang tua yang reot dan rapuh menjelang senja.
Tapi aku merasa beruntung mengenalmu dalam keadaan buta. Aku meraih tanganmu yang lembut dalam keadaan mati rasa. Aku mencium wangimu pada saat hidungku tersumbat. Aku menjilatmu dengan kelunya lidah. Merasakan kehadiranmu dalam kehampaan.
Inderaku ambil cuti justru ketika mengenalmu.
Aku seperti manusia menang lotre trilyunan rupiah padahal hanya butuh seringgit uang untuk hidup selama hidupnya.
Merasa beruntung bukan lagi merasakan kanugrahan yang besarnya tertakar oleh mata yang terbelalak, mulut yang terperangah, hidung yang mendengus bernafsu, hati yang berdebar, pori-pori yang bergetar. Keberuntungan semata kedamaian indera yang sedang libur mencobai desiran hawa…
February 14, 2009 — 1.02am
hi..saya suka puisinya..salam kenal
LikeLike