Kambing Muda Coklat Tua

Tangan ini mengisahkan seekor kambing muda coklat  yang menghampiriku dalam teduh khusyu doa. Senyumnya tulus, matanya teduh, hatinya penuh keheningan  dan kepasrahan…

“Aku tak punya pilihan lain, harus mati dikurbankan di hari rayamu.” Tak ada lagi kalimat lain, hanya senyum dan kemudian menjauh tanpa amarah padaku.

Tertangkup tangan hangat memancarkan cahaya merah jambu… bola merah jambu berpusar mengitari jagat, cinta kasih dan kedamaian menyelimuti udara…

“Wahai malaikatku, tidurkanlah dia dan kawan-kawannya saat sebelum disembelih hingga dia mati… Taburkanlah wewangian pada sekujur jiwanya… Bawalah jiwa-jiwa merdeka itu dalam bokor-bokor emas bertahtakan permata menuju istana… Di sanalah tempat mereka yang selayak-layaknya…”

Jiwa ini bergelung bak trenggiling kedinginan… Sungai air mata deras menggelontor kepedihan; menyapu debu dan angin yang melekat di tubuh ini, mengantarkan kambing muda coklat tua menghadap cintanya…

Singapura – 14 oktober 2013, malam yang penuh dengan kekhawatiran dan kegalauan karena mengingat kambing, sapi, kerbau, onta yang akan dikurbankan….