Music (Musik) – bilingual

Can you hear a flow of some rhythms? Kicking off from nowhere, entering these earlobes and stay for a while before it fades away through mind…. There, the flow is curling like bellowing smoke — white, high and sublimized. No words are able to accompany the rhythm flow, no body understands how beautiful it is but ears, only ears. The music is for ears to hear, to listen…. The review is the listening itself. When you still produce words to describe the music, it is not the ultimate — Beethoven composed symphonies to be enjoyed by ears, not to criticized by verbal expression. He didn’t expect people would make him a worshipped maestro. He kept composing, transferring what was flowing through his ears and head…. And, when the vibration reaches us, Beethoven is just here together with his music presenting to the Universe in us….

 

Tidakkah kau dengar alunan nada itu? Bermula dari tiada, memasuki telinga dan berdiam sejenak lalu menghilang perlahan merasuki kepala…. Di sanalah alunan itu melingkar-lingkar bagai asap yang membubung tinggi — putih, tinggi dan muai. Tak satu kata pun mampu menerjemahkannya, tak satu makhluk pun paham keindahannya kecuali telinga, hanya telinga. Musik ini untuk ditangkap oleh telinga, untuk didengar…. Penghargaan musik adalah dengan mendengarkan. Kalau kau masih mampu berkata-kata menyifati musik, berarti music itu belum seberapa — Beethoven menggubah simfoni-simfoni demi dinikmati oleh telinga, bukan untuk kritik musika. Dia tak meminta orang menjadikannya maestro yang dipuja-puja. Beethoven terus menggubah, menerjemahkan alunan yang masuk ke dalam telinga dan kepalanya….. Dan, saat getaran itu mencapai kita, Beethoven sedang di sini mempersembahkan musiknya kepada Semesta di jiwa kita…..

 

Flames-Music-Rainbows-Notes-Treble-Clef-Rainbow-Note-Fire-Hd-Wallpaper-

Picture borrowed from http://www.futurenow.com/my-fn-tunes/flames-music-rainbows-notes-treble-clef-rainbow-note-fire-hd-wallpaper/

Singapore – October 12, 2014 – 10:04pm

SAAT KAMU MANDI, MENGAPA KAU PILIH LAGU ITU?

SAAT KAMU MANDI, MENGAPA KAU PILIH LAGU ITU?

Saat kau mandi, kau selalu menyanyi

Lagumu anak panah sunyi

Dengan hulu tertuju hatiku

Sore tadi, kau mandi

Kudengar kau bernyanyi

Isinya mengiris hati

Andaisaja tak kumengerti bahasa hati

Mungkin aku tak peduli

Namun pesanmu terlalu mudah kumengerti

Benarkah?

Adakah aku salah?

Atau hanya sekedar gundah?

Kau memang selalu bersenandung

Saat tenang ataupun bingung

Sore ini pun galau tak dapat kutanggung

Di jalan tadi semua tampak baik

Tiada tanda, hapuslah panik

Danau hatiku tak lagi terusik

Namun lagu ketika kamu mandi itu

Masih terngiang di gendang kalbuku

Adakah itu jujurmu?

Kuturunkan kaca pemisah kita

Tak kuat aku bersirobok mata

Pulang mengukur jalanan kota, kau jadi hambar tak berasa

Adakah ini tanda lagu itu?

Adakah ini alamat akhir perjuanganku?

Ya atau tidak?

Oh, Tuhan

Mungkin kini aku di persimpangan

Tangan hangatnya yang kuharapkan.

Masihkah Kau berpihak padaku?

Yang terus saja melaju

Tak kuasa kugambar rupa hatiku…

Sudahlah…

Keringat hatiku telah kering

Airmataku sia-sia juga

Kuhela nafas terakhirku

Kusudahi lengkung pelangiku

Karena lagu ketika kau mandi sore tadi…

0ctober 4, 2008 – 12:21am