MENDENGAR YANG TAK TERDENGAR TELINGA
Kalau kudengar lagi
Maka yang kudengar adalah yang tak terdengar.
Telingaku bukan telinga yang dulu lagi:
Yang kudengar adalah yang dulu tak dapat kudengar
Yang hanya bias ditangkap oleh makhluk berbulu yang tidur di pangkuanku…
Apakah yang kudengar sungguh ada?
Atau hanya ilusi yang menampar lamunan?
Juga mungkin angin yang terkesiap ranting pepohonan?
Haruskah kujalin cerita untuk menghibur diri?
Supaya hatiku tenang tanpa perubahan?
Rentang waktu seperti rentangan tali
Yang makin kentang terpancang,
Makin kempling suaranya…
Jadi waktuku sedang riuh…
Kubungkam waktu yang bergerak memutar ini.
Hmm…
Diam –
Bisu sesaat
Namun sesaat rasanya sejuta tahun… cahaya…
Terlalu cepat
Menembus realitas,
Mengakhiri keresahanku;
Terpaksa atau tidak
Kuterima suara-suara itu
Sebagai anugerah rumah laba-laba semesta raya.
Taruna, 6 November 2010 – 5:42 sore
I like your comment… 🙂
LikeLike
Telinga tak hanya mendengar tetapi juga memahami
LikeLike