PULANG KAMPUNG
Sebentar lagi Ramadhan tiba disusul oleh Idul Fitri tentunya dan saat pulang kampung pun datang. Saya harus siap sowan kepada orang tua saya di kampung, namanya juga pulang kampung ya harus disebut kampung walaupun kenyataannya daerah asal kita sudah sangat layak disebut kota.
Nah, saya ada sebuah kebiasaan “tidak membawa oleh-oleh banyak’ saat pulang kampung. Alasan utamanya adalah malas jinjing-jinjing dan junjung-junjung. Tapi syukurlah orang tua dan saudara-saudara saya tidak punya kelangenan yang susah dipenuhi sehingga saya tidak harus berjuang ekstra keras untuk mendapatkannya.
Oleh-oleh favorit mereka adalah buah-buahan segar. Selain itu terserah saya. Bisa Anda bayangkan alangkah tenangnya saya menjelang pulang kampung. Disaat rekan-rekan saya kebingungan belanja ini-itu dan sibuk mengepak, saya hanya harus memikirkan bagaimana mendapatkan tiket tanpa harus mengantre di stasiun Juanda atau mikir naik bus apa yang tidak macet di jalan atau sibuk menghubungi rekan-rekan saya yang bekerja di maskapai-maskapai penerbangan publik supaya mendapatkan tiket pesawat dengan cepat, mudah dan murah. Orang-orang model saya sih akhirnya mendapat tiket dengan sangat terlambat karena tidak mau mengantri, tidak bisa pulang jauh hari sebelum lebaran sehingga bisa naik bus atau travel, dan teman-teman saya hanya bisa menyediakan tiket yang mepet dengan hari H sehingga harganya tinggi dan mau tidak mau saya harus berpikir ulang untuk pulang kampung naik pesawat pada (H-). Biasanya saya akan pulang hari (H) setelah usai sholat Idul Fitri. Untung jarak bandara dengan perumahan tempat saya tinggal tidak jauh sehingga saya bisa bersilaturahmi ke para tetangga sebelum pulang kampung. Teman-teman lokal saya dengan senang hati mengantar saya ke bandara dan jika pesawat delayed, teman saya yang sedang bertugas di bandara akan dengan senang hati ngerumpi sampai saya ready for boarding. Surga dunia.
Gambar dipinjam dari http://www.tulungagung.go.id/index.php/component/content/article?id=1003:2500-abang-becak-dapat-sembako
Sesampai di kota saya, saya akan segera meluncur naik becak ke arah rumah ibu saya. Disinilah saya baru berpikir buah apa yang akan saya bawa. Ada sebuah kios buah langganan ibu saya yang selalu saya kunjungi setiap pulang kampung. Beliau sudah menjadi langganan ibu saya sejak saya es em a jadi ya sudah hapal betul dengan saya dan keluarga. Berikut ini percakapana standar yang telah saya hapal urutannya:
Ibu buah |
: |
Pulang kampung!!! (sapaan standar) |
Saya |
: |
Inggih, Bu. |
Ibu buah |
: |
Mau yang mana? Kemarin ibu kesini juga lho, Mbak. Nyari jambu bol habis. Ini ada nih, beli aja biar ibu seneng. (padahal ibu belum tentu datang kemarin, bisa saja seminggu yang lalu) |
Saya |
: |
Iya deh Bu. Dua kilo ya Bu. |
Ibu buah |
: |
Ok. Apa lagi? |
Saya |
: |
Salak pondoh lima kilo. Besok pasti banyak sodara datang. Duku. Klengkeng. Semua lima kilo. |
Ibu buah |
: |
Bapak nggak dibelikan jeruk to, Mbak. (dia hapal buah favorit anggota keluarga saya) |
Saya |
: |
Pasti, jeruk favorit bapak dua kilo. Kapan-kapan bisa beli lagi. |
Ibu buah |
: |
Apel? |
Saya |
: |
Iya. Buah kesukaan saya lagi nggak ada nih, Bu? |
Ibu buah |
: |
Duren petruk? Lagi kosong. Udah ganti anggur aja. |
Saya |
: |
Iya deh, itu yang di plastik semua aja ya Bu. Semangka kuningnya satu, melonnya dua. Besok jualan nggak Bu? |
Ibu buah |
: |
Besok yang jualan bapake anak-anak. Bukanya agak siang mau sujarah ke rumah embah di Blitar dulu. |
Saya |
: |
Bu, tambah duku satu setengah kilo dipisah ya. Bapak tua yang jualan kelapa ijo mana, Bu? |
Ibu buah |
: |
Ok. Pak, Pak! Klapa ijo lima. Taleni. (Pak, Pak! Kelapa hijau lima. Diikat.) |
Saya |
: |
Wis. Ditimbang terus diitung. Harganya jangan naik tinggi-tinggi ya. Sekalian harga kelapanya buat Bapak itu, Bu. |
Ibu buah |
: |
Langganan lama tak murahi. Pak, duite ki. (Pak, ini uangnya.) |
Walhasil saya membawa banyak sekali kantong plastik yang memenuhi becak saya. Sesampai rumah biasanya ibu saya yang menyambut saya dan meminta abang becak untuk menurunkan semua bawaan. Kantong duku saya berikan kepada abang becak untuk kudapan segar sambil menunggu penumpang.
Gambar dipinjam dari http://sebuahkabar.blogspot.com/2010/04/saya-yakin-anda-sudah-sering-mendengar.html
Itulah kebiasaan saya pulang kampung baik saat lebaran maupun bukan lebaran. Biasanya ada satu lagi percakapan standar yang akan saya lakukan dengan seppu-sepupu saya.
Sepupu 1 |
: |
Mana oleh-oleh dari Jakarta (kebanyakanmereka menyebut Jabodetabek sebagai Jakarta) |
Saya |
: |
Tuh… |
Sepupu 1 |
: |
Buah pasti ya. Aku sih tahu itu kan dagangannya Ibu buah Karangrejo. |
Saya |
: |
Ha ha ha… |
Sepupu 1 |
: |
Mbok sekali-kali bawa oleh-oleh yang orisinil dari sana to Rik, Rik… |
Saya |
: |
Apa Mas? |
Sepupu 1 |
: |
Apa ya? |
Sepupu 2 |
: |
Empek-empek. |
Saya |
: |
Palembang kaleee… |
Sepupu 3 |
: |
Baso. |
Saya |
: |
Malang, Solo, Pak Min… |
(Mereka pun sibuk mengabsen barang-barang yang pada akhirnya semua bisa mereka dapatkan di kota saya atau paling tidak di Surabaya yang bisa ditempuh sehari pulang pergi sambil berekreasi. Beberapa dari mereka bahkan pulang kampung dari Bali, Kalimantan, Sumatera, Irian, Singapura, Malaysia dan Inggris. Mungkin oleh-oleh mereka lebih spesial sesuai khasanah budaya dan alma daerahnya.)
|
||
Sepupu 1 |
: |
Iya, ya. Kenapa di tivi aku lihat orang-orang pulang kampung pada gendheyotan bawa bawaan yang nau’dzubillah gitu? Padahal di tempat kita ada semua. |
Sepupu 4 |
: |
Ya biar kelihatan berhasilnya mereka. Tanda-tanda orang sukses kan membawa hasil. Memangnya Mbak Rike, tiap pulang bawaannya buah Ibu buah Karangrejo. Udah gitu nyari tiketnya yang murah, kapan bawa kendaraan sendiri? Berarti kamu belum berhasil, Nduk. |
Gambar dipinjam dari https://www.flickr.com/photos/doremiphoto/6846224063/
Saya hanya tersenyum kecut sambil berikrar dalam hati, “Sebentar lagi saya akan bawa tugu Monas atau menara ATC Soekarno-Hatta deh biar dibilang sukses, saya bawa pesawat Hercules”.
Pulang kampung, pulang kampung…
he he he… sebulan lagi lah, Mbak.udah pada puasa Rajab lho disini… iya, selamat Ramadhan juga ya…
LikeLike
hah, masa mau masuk bulan rahmadan , kok cepet bener? lebarane kapan? aku sama sekali tak tau sebab aku tinggal dijepan, tak ada yang kasih tau aku , untung baca blog mu ini, ….met puasa deh ya……
LikeLike