Silk Road

Silk road, Beloved,
A bumpy road to a heart
Laughing at a joke—

In a silk shop in Hanoi a conversation happened.

Me: (silently questioning whether the silk offered was truly silk from Dalat or “silk” from somewhere in China)

Shopkeeper: How do you like it, Madam?

Me: I love it. But to help me make decision, would you mind answering my question? I hope this won’t offend you.

Shopkeeper: Certainly, Madam.

Me: Is this silk truly from Dalat?

Shopkeeper: Yes, Madam. It is from Dalat, my parents’ hometown. Why, Madam?

Me: Not from China?

Shopkeeper: (laughing) We received the same question from another customer before. I am not surprised. Trust me it is Vietnamese silk, not Chinese product…. (She made a joke about “silk” then continued her long explanation of silk industry in Vietnam and her family business history and brought some samples of old silk that had been kept since her grand grand parents started production.)

She was able to convince me relatively well and my decision was buying one pretty white piece. White silk won’t go wrong to attend my nephew’s wedding in December! 🥰

May all beings be happy.

written history is a frame, what’s inside can be anything the writer wants to put in – unfortunately some true thing is not in the frame 😎

IT IS DECEMBER AND ALMOST JANUARY (Indonesian version)

IT IS DECEMBER AND ALMOST JANUARY

(yang tersisa dari 2011)

Uh, judul diatas serasa membegokan diri. Ya jelas habis Desember pasti Januari kecuali kalau nama-nama bulan bisa di-mixandmatch-kan dengan system kalender lain.

Tahun 2011 hampir habis dan ternyata jauh lebih cepat dan mudah daripada yang kuproyeksikan di tahun 2010. Cepat karena memang nyatanya sekarang udah Desember 2011. mudah karena beberapa hal yang kusangka akan menjeratku dalam keperihan abadi nyatanya terlewati begitu saja; dengan airmata tapi nggak pakai darah segala. Saya selamat hingga saat ini minus beberapa kecemasan yang memang harus kulewati seperti penagih hutang dari instansi tertentu yang memang harus menunaikan tugasnya menyuruhku membayar cicilan yang sering telat bayar karena di rantau orang saya nggak nemu ATM bersama buat mbayar kartu kredit bow!

Yang menjadi catatan untuk satu bulan ini adalah bahwa aku tak boleh lagi membuat resolusi tahun baru yang tidak make sense (masuk akal, Bahasa Inggris) seperti “lunas utang tahun ini”. Itu nggak mungkin karena memang KPR masih panjang jangkanya. Duuuh! Atau menikah tahun ini karena memang dulu calon saya ogah-agahan dan apalagi sekarang nggak ada calon. Beuh! Atau “terbit buku tahun ini” karena nulis aja males. Huh!

Makanya it is December and almost January membuat saya mikir ulang mengapa gol-gol besar atau paling tidak yang saya anggap bedar justru nggak bisa saya sarangkan bola disana? Mengapa gol-gol seiprit (kecil, bahasa gaul) yang bisa saya tembus?

Mungkin justru gol-gol kecil itulah yang harus saya rintis ya? Mungkin…

Ok, then… Saya akan membuat resolusi yang kecil tapi pedes misalnya…

1. Diet, sebulan turun sekilo…

2. Nulis, sehari sekalimat…

3. Bayar utang, sebulan nyicil asal ajeg…

4. Cari cowok, satu-satu aja sebulan satu…

5. Ganti areng anggrek, sebulan satu pot…

6. Baca buku, sehari satu halaman…

7. Dll, yang melangkah pasti

Rasanya niscaya kok kalau ada kemauan. Semua hanya 2 langkah saja dari target: selangkah kaki kanan, selangkah lagi kaki kiri. Dan bisa dilakukan satu waktu juga yakni sekarang dan satu tempat saja yaitu disini.

Oh, it is December and almost January membuat saya bersemangat meniti saat ini disini. Berharap semua mimpi baik yang besar atau kecil menjadi kenyataan sebelum mati menjemput usia.

Tangerang – 1 Desember 2011 – 12:43 siang

Foto dipinjam dari http://en.wikipedia.org/wiki/December