IRSHAD MANJI

IRSHAD MANJI

(Penulis buku Beriman Tanpa Rasa Takut)

Pertama saya mendengar nama itu dari Ibu Sri awal tahun ini. Saat itu kami sedang duduk di kursi di selasar rumah sakit Pindad, Bandung memberikan dukungan moril pada sahabat yang sedang menjalani operasi. Tiba-tibaIibu Sri bercerita tentang seorang muslimah asal Afrika yang menggebrak dunia Islam dengan “kejujuran”-nya.

Informasi yang saya terima belum cukup akurat sehingga yang ada dalam bayangan saya adalah seorang wanita hitam legam dengan badan kekar, seperti auditor kami yang bernama Constance Siwadi yang berkantor di Afrika Selatan. Saya tercengang mendapat informasi tersebut dan menyimpannya sampai suatu saat saya sedang berekreasi di Gramedia. Mata saya tiba-tiba terarah pada sebuah buku berjudul Beriman Tanpa Rasa Takut. Bacaan beginian nih yang gue cari, semoga isinya sesuai dengan yang digambarkan judul. Amin.

Pas saya ambil, eh penulisnya Irshad Manji. Saya bertanya-tanya apa ini orang yang diceritakan Ibu Sri ya? Ternyata dia tidak serupa Constance yang asli Afrika, Irshad berdarah Pakistan. Singkat cerita, saya beli.

Saya membacanya dan mengalami kepayahan mental he he he… karena (menurut ukuran intelektual saya yang rendah ini) isinya adalah segala sesuatu yang membuat saya mau tak mau mesti berpikir tentang bagaimana bisa si Irshad ini menjadi seorang penanya yang tak kenal lelah seperti ini? Saya sangat terkesan dengan pemikirannya yang kritis. Jiwanya tak mau terkungkung oleh nilai yang (di)BAKU(kan).

Saya tertarik menyelesaikan membaca buku ini – sekarang belum selesai – tapi tidak punya keberanian untuk membuat resensinya karena begitu besarnya bea alias cost yang harus saya keluarkan jika saya melakukannya. Ada baiknya Anda membaca sendiri buku ini. Dan ada baiknya Anda tidak bersikap judgmental karena Irshad Manji sendiri belum mengambil keputusan final terhadap sikapnya saat ini. Dia sangat terbuka dan menawarkan pada para pembaca untuk berkirim email demi diskusi lebih lanjut tentang pertanyaan-pertanyaan yang popping-up di benaknya dalam menyikapi realitas di dunia ini khususnya yang berhubungan dengan agamanya, Islam.

Saya bersyukur mengenal Irshad Manji sekalipun hanya lewat buku. Ada sebuah kunci berkarat yang mulai bergeser seakan diminyaki membaca buku ini. Aside from kekurangan yang dia punya dan kebencian orang-orang kepadanya (dia ini lesbian, Sudara), saya mendukungnya dalam upaya memperjuangkan kemerdekaan berpikir. Realitas yang pernah dan sedang dihadapi Irshad telah membentuknya menjadi seperti sekarang ini. Dan, jika saat ini dia terbuka pada kebenaran yang hakiki yang dituntun oleh hati nurani yang bersih, saya yakin Irshad akan menjadi orang yang sangat berbahagia telah mengalami apapun yang dialami saat ini.

Saya ingin Anda membaca kutipan dari buku Irshad berikut:

Agama telah mendorongku untuk tidak tunduk kepada sesuatu pun selain kepada Tuhan yang bersemayam di dalam kesadaranku. Agama mengajariku untuk tidak menyamakan otoritarianisme dengan otoritas. Anda mungkin ingin mendengar lebih jauh tentang hal ini, karena mereka yang menuduh semua keyakinan sebagai hal yang “irasional” kadang kala melupakan bahwa rasionalitas bisa menjadi sebuah fanatisme dalam dirinya sendiri. (hal. 312)

33 thoughts on “IRSHAD MANJI

Leave a comment