Sunset That Burns

It burns what has been packed
And ready to depart
From where a line between boundaries are drawn.

It burns with love.

It burns with life.

It burns forever,
An eternal flame.

it’s the 40th day of my mother’s passing today and we commemorate it through a Javanese traditional ceremony, assimilated with some Islamic tradition

one of the menu in the ceremony basket is “kacang cenggereng” (fried peanuts) which is not only a snack but also a symbol

it’s a symbol of respect to the one passing and hope that the passing is safely welcomed in the next life

yellow is a very suitable colour for my mother’s crossing day as it symbolises happiness

may she be happy to meet her Beloved

terima kasih, Ibu, please send my warm regard to my father

💛

yellow, Ibu 😁💛

Happy Birthday, Ibu

Sweet heart, Beloved
Lingers so long, stays alive,
Connects what across.

My mother is supposed to be 81 years old if she’s alive physically. I’m sure she’s happy across, seeing I’m happy. I know she knows I miss her everyday– there is still empty seconds in the morning when I wake up seeing no WhatsApp message from her.

I’ll keep all about you in me forever, Ibu. Love ya much much❣️

Send my best regard to my father who probably is sitting with you all the time talking about you offspring.

Terima kasih, Ibu.

the last screenshot of our video call on Aug 16, 2025

even with just half of her teeth, she still is beautiful

💕

Terima Kasih

Kata orang aku sedih,
Bukan sedih.
Aku hanya rindu
Padamu
Ibu,
Yang padamu rasa terima kasihku tak lekang oleh waktu,
Yang padamu rasa cintaku tak pernah layu oleh masa,
Yang padamu rasa rinduku tak pernah kering oleh panas,
Yang padamu rasa ikhlasku makin padat sebelum menjadi ledakan saat kita bersatu.

Terima kasih, Ibu.

what I can remember about you, Ibu 🥰❣️

maybe this is what you’re doing now, Ibu 😁❣️

6666

On the way to office a car passed; its plate number: 6666

At young I studied Quran-based numerology in which 6 is equivalent with the letter ح the initial of the word حبل (from which the word cable was derived) which is associated with rope, & connection or any function or meaning the same shade to them.

The word cable best describes as it indicates “a rope loadable with current or energy or surge or electricity” just like connection between humans.

Do you believe the strongest connection between humans is that between mother & her biological child? I didn’t believe even at least 3 people warned me of how “painful” it was for them to be left by mother, until she passed away. Now I can feel it: like the surge of electricity stopped abruptly, no current flows to reach the other side, there is a big gaping hole waiting for occupant. Dramatic? That’s what it feels & I can’t be more thankful for being able to feel it– I thought I didn’t strongly connect to my mom; it’s wrong. If it wasn’t, I wouldn’t have had this “I miss you” everyday. 🥰

No, no I’m not sad at all now. I was sad only until the 7th day of “tahlil”, then hearing bunch of confessions how good she was as a human. My mother’s death is never a tragedy, it’s always what she’d been waiting for: to rest from the earthly drama (I can’t imagine how she could be so kind & patient), meeting her husband (the handsome kind gentlemen) & ultimately meeting her Beloved (maybe it’s the only one she’d wanted).

For those (esp at my age) not connecting to mother with all your heart, connect now. I’m almost 100% sure all children have missed their mother’s point or if not they’ve consumed her heart ignorantly. ❤️‍🩹

Alfatihah to her, more & more with bigger & bigger love– See you. 💕☘️❣️

Red Bird

Red bird, Beloved
Flies home bringing her redness
Welcoming the light.

it takes some time to accept that the woman called mother has left me physically

it’s ok, it’s just taking time to accept that there’s a hole called “missing you, ibu” anytime unexpectedly

thank you, ibu

♥️

Love Isn’t Faraway

I feel so languid,
Between losing and letting go.
Memories are swarming,
Reminding that life is short
And farewell is just an inch away.
What's grey has turned to lively colours that stay.
What's dark has rekindled what's dead and now alive.
Love is never faraway,
It is for a while hiding
To show up when hope is fading away.
There's nothing I hear
But heartbeats singing love song
From afar, moving closer and closer.
Love is never faraway,
It's just hiding to find a way
To disclose what's true in
Expression and will always stay.

my last wefie with her, physically faraway but her love always stays

Head Bowed to Love

I'm bowing this head
Like sunflower to the sun
That sets then slips down.

It’s not easy to lose. It’s not easy to lose my mother. It’s not easy to lose my mother who has been so gently loving all of us. It’s not easy to lose my mother who has been so gently loving all of us with the ups and downs in our relationships. It’s not easy to lose her indeed.

This is the day on which I have to totally live normal without her presence. Today is the last day when most of our family members gather in her home. One by one we are going back to reality bringing a gaping hole in our heart called “mother, how are you today”.

No WhatsApp. No call. No monthly bank transfer. No laugher of silly things. No sad cry. No gossip about my late father. No “what’s for lunch”. No “have you taken your pills?”. No this. No that. Small things that built a castle called love have stopped coming; one by one the memories that we’ve saved fade away.

I just hope that this castle can be a temple where I worship love, not other types of building. 💕

Ibu

It’s my first morning without my mom’s messages.

It feels….

Singapore, 2017 with Ibu – she didn’t know I was sick & neither did I yet she complained about my body weight that according to her was indicating something she didn’t know what…. a mother knows her daughter

It was so fun – everyday was jalan-jalan… I know she didn’t enjoy being out of hone too long as she was a homebody but I made her

terima kasih, Ibu

💕

Ibu

Aku sayang Ibu.

our last video call

the last time I saw you was just yesterday when I had a video call with Yogi & Ocka – you smiled sweetly ☺️☘️💕❣️

terima kasih, Ibu…. 😘☘️❣️

Ibu

Aku tak pernah tahu
Rasa apa yang lain
Darimu buatku
Selain cinta.

Aku tak pernah tahu
Hadiah apa yang lain
Darimu buatku
Selain doa.

Tapi kau pasti tahu
Aku salah paham akan cintamu,
Aku sering lupa mendoakanmu,
Kau juga tahu aku akan tahu.

Aku tahu.
Jangan ragu, Ibu.

ibu, you annoyed me by not opening the video ☺️❣️

in Jogja ☘️💙❣️

Mother – haiku

Morning wind’s
Breezing through open window
Opened by mom.

Thanks to all of mothers in the world for being valuable for their children….

IMG_3715

Temasek – March 9, 2015 – 6:25am

SELAMAT HARI IBU

SELAMAT HARI IBU

IBUKU, IBUMU DAN IBU BUMI

 

 

22 Desember adalah Hari Ibu bagi Indonesia. Bagi yang mengingat dan terbawa oleh syahdunya tema hari ibu, mereka mengucapkan “Selamat Hari Ibu” kepada ibu baik langsung, melalui percakapan telepon, sms, BBM, status BB, status FB dan melalui tulisan baik di media massa maupun di blog pribadi semacam ini.

Ibu adalah manusia istimewa. Apakah karena melahirkan anak? Itu hanya salah satu alasan karena alasan melahirkan tidak otomatis menjadikan seorang wanita punya kualitas ibu. Ibu adalah seorang  perempuan yang memiliki sifat mengayomi, menyayangi dan yang lebih dahsyat lagi kualitas ibu adalah menerima dengan penuh keikhlashan atas apa yang dialami dalam hidup ini. Jadi bagi saya kata kunci ibu adalah menerima. Karenanya saya juga mengucapkan Selamat Hari Ibu kepada Ibu Bumi.

Ibu Bumi adalah simbol terbesar yang pernah kutemukan dalam hidupku. Di dalam frasa Ibu Bumi aku menemukan keikhlashan luar biasa. Ibu Bumi adalah wadah berukuran tak hingga dalam menampung keluh-kesah anak-anaknya yang tak pelak terdiri dari segala macam manusia yang renta dengan perjanjian jiwa yang tak kunjung habis kontraknya. Ibu Bumi senantiasa bersabar, menyuburkan cinta mengikuti kenakalan kanak-kanak dengan pandangan sayu penuh iba dan senyum tulus bersemburat pilu tapi tiada kejam.

Jika Ibu Bumi tak miliki wlas asih, anak-anak manusia ini akan berhamburan terbuang entah kemana. Tak ada tempat kembali, hanya bisa menari-nari mengambang di alam yang tak berdefinisi. Tanpa Ibu Bumi, akankah kita terlahir dalam keindahan tak bertepi? Tanpa Ibu Bumi, akankah kutemukan jati diri?

Selamat Hari Ibu, ibuku yang melahirkanku dan menjadi kawan dalam suka dan masalahku… Selamat Hari Ibu bagi ibumu yang kau puja sebagai dewi kehidupan dan kepada Ibu Bumi yang telah menjadi ibu dari segala ibu…

 

 

22 Desember 2012– 12:50 siang

Rumah mungilku di bantaran Kali Cisadaneibu bumi

IBUKU DI HARI IBU

IBUKU DI HARI IBU

Tadi kutelpon ibuku, menyampaiakan kabar baikku dan mendengarkan suaranya yang merdu. Ternyata beliau juga ingat hari ini Hari Ibu. Ketika kuucapkan “Selama Hari Ibu ya, Bu…”, beliau serta-merta berterima-kasih dan lalu mendendangkan doa-doa untukku.

Wanita itu, ibuku.

Selalu ramah menyambutku dengan suaranya yang mendayu dan syahdu. Sabar bikin musuh gentar tetapi tetap lembut mengurai ruwetnya akar-akar syaraf anaknya ini.

Apa yang mesti kuucapkan padanya, sudah kulakukan pagi tadi. Tapi apa yang mesti kuberikan kepadanya sebagai bingkisan Hari Ibu? Entah… Sesuatu tidak cukup membayar kenangan hidupku denganya karena dia lebih dari segalanya yang kupunya.

Mata uang yang kutawarkan adalah cinta baktiku. Bisa saja dia tak cocok dengan bentuk kebaktianku, tapi akan selalu kulihat ketulusannya menerima laku doaku.

Oh, Ibuku…

Selamat Hari Ibu

Kupohonkan sejuta kemuliaan bagimu.

Salam cinta dan bakti…

LIA Taruna – 22 Desember 2010 – 1:25 siang

IBUKU ULANG TAHUN 9 OKTOBER

IBUKU ULANG TAHUN 9 OKTOBER

Sungguh tak mudah menguntai kata-kata

Karena engkau tak terlukiskan

Tak mudah menggambarkanmu

Karena kau jauh lebih indah dari gambaran

Tak mudah memujimu

Karena tak ada kosa kata yang memadai

Tak mudah terharu karenamu

Karena air mataku telah tercurah olehmu

Tak mudah berterima kasih padamu

Karena budiku tak berarti bagi jasamu

Tak mudah, Ibuku

Kau telah lakukan apa yang kau bisa

Sebisa yang engkau mampu

Semampumu walau sungguh kadang kau tak mau

Tak mau surut

Tak mau mundur

Merengkuh dengan kasih yang kau terjemahkan dalam lelakumu

Menyirami kami dengan keterbatasan kasih yang luasnya tak tertampung samudera

Kau telah melakukannya

Dengan upaya berawalan “segala daya”

Kau bidadariku

Kau…

Ibuku,

Bagaimana kubisa membencimu

Kalau ternyata kau tambatan tali pusatku

Bagaimana kubisa mengabaikanmu

Kalau ternyata kutumbuh oleh darah dan air susumu

Bagaimana kubisa melupakanmu

Kalau a ternyata engkau cetakan ragaku

Bagaimana bisa kutempatkan kau setelah mereka

Kalau ternyata kau tak pernah melepasku dari keprihatinanmu

Bagaimana bisa?

Kalau ternyata kaulah manusia yang sanggup melakukannya…

Maafkan aku

Yang acap kali mengatakan “Ah!”

Maafkan aku

Yang berulang kali ngambek karena petatah-petitihmu

Maafkan aku

Yang tak bosan mengguruimu dengan ilmu mudaku

Maafkan aku

Yang seakan jauh lebih berjasa padamu

Maafkan aku

Yang akan banyak tak menuruti saranmu

Aku hanya tak mampu, bukan tak mau

Ibuku,

Kecantikanmu berbatas usia tapi…

Kesetiaanmu seperti matahari

Pengabdianmu seperti nabi pada Tuhannya

Kekuatanmu seperti tetesan air

Ketabahanmu seperti kerang yang mengulum arang menjadi mutiara

Kelembutanmu seperti sutera China

Kesabaranmu bagai aliran sungai ke laut

Ibuku…

Sungguh tak mudah menggambarkanmu

Hanya Tuhan yang membalas jasamu

Telah disiapkan kebahagiaan tak terhingga untukmu

Ibuku hari ini, ulang tahunmu

64 tahun kau merangkum musim

Selama itu pula kau menangguk ilmu

Selama itu pula kau kibaskan segala halangan

Kau terpilih

Kau terpindai

Menjadi yang diberkahi

Menjadi yang disucikan

Kau menjadi manusia mumpuni

Lewat segala sungkur, tangis dan pilumu

Lewat segala lagu, senyum dan tawamu

Selamat ulang tahun, Ibuku…

Aku menyayangimu.

Prepared on October 8, 2008 – 11:57pm