Rasanya kangen menjadi anak-anak ketika apapun tak membuatku dinilai – betas sebebas kucing mau tidur, meang-meong, berantem, berteman dengan siapapun tanpa ragu berbagi cerita.
Asyik sekali jadi kanak-kanak. Memandang sesuatu tidak dengan penghakiman dan tidak takut dihakimi karena yang kutahu adalah suka dan ketulusan. Nggak takut orang nggak suka….
Mau bagaimana, sekarang sudah dewasa mau bertingkah mesti mikir umur, lingkungan mengawasi dengan berbagai macam mata: mulai mata buta hingga mata mikroskop.
Oh, ternyata masih ada rasa takut di hatiku – mau tak mau kualami saja. Nggak ada salahnya jadi dewasa di depan orang dewasa dan menjadi kanak dalam kesendirianku dan di hadapan para pengembara. Mereka para pengembara itu tak sempat menghakimi karena bicaranya adalah hakim bagi dirinya sendiri, pandangan matanya adalah pantulan bayangannya sendiri, semua tentang dirinya sendiri maka mereka tak akan murka. Kanak-kanak adalah bagian dari kejujuran.

Gambar dipinjam dari http://cosmic-soup.com/nasal-breathing/
Marah, marahlah secara kanak-kanak – secara jujur, bukan kepura-puraan, kemarahan yang menyentuh, karena sepatu satu-satunya dicolong bukan karena sepasang dari sepuluh pasang sepatumu hilang. Sedih karena kucingnya mati bukan karena patung kucing keramikmu jatuh dan pecah. Malu karena masuk kelas terlambat, bukan karena tidak juara….
Tak mudah menjadi kanak-kanak karena kemurnian yang dijalankan. Ah, ini bukan kanak-kanak lagi; hanya teori ha ha ha….
Yah, sudahlah…. Biar kuhadirkan diriku dalam kesendirian saja. Khalayak hanya suka dipuja…. Nafas mereka adalah keramaian, aku mati di dalamnya. Nafasku harus keheningan, saat nafaspun tak sadar siapa dirinya…..
Yio Chu Kang Rd – 5 September 2014, 12:05 dini hari
Like this:
Like Loading...
You must be logged in to post a comment.